MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA DI SMK NEGERI KEBASEN

Oleh

Yudi Setiyo, S.Pd

 

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Salah satu aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan penelitian tindakan kelas. Guru juga harus memiliki kompetensi profesional yaitu mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif yang diantaranya juga dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

Guru sebagai ujung tombak dari penyelenggara pendidikan dituntut untuk mempunyai kualitas dan kreatifitas dalam memberikan pembelajaran bagi siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam merencanakan, memilih dan menggunakan model pembelajaran. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit metode ceramah ditambah dengan model pembelajaran yang bervariasi serta lebih menekankan pada interaksi terhadap peserta didik. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan student center akan menumbuhkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga akan menambah pengalaman kepada peserta didik sehingga akan terhindar dari rasah bosan dalam belajar.

Proses pembelajaran yang efektif dapat terlihat dari adanya interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam proses belajar mengajar pusat pembelajaran adalah siswa (student centered) sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar siswa). Agar tercipta pembelajaran yang efektif maka perlu adanya pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran tersebut dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pada saat pembelajaran.

Namun, berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMK Negeri Kebasen terdapat permasalahan yang ditemukan yaitu menunjukkan bahwa sikap percaya diri siswa masih rendah. Siswa masih menunggu perintah dari guru dalam mengerjakan tugas. Siswa malu bertanya pada guru. Siswa ragu dalam menjawab pertanyaan, ketika guru memberi pertanyaan. Mereka kurang berani berbicara dan tampil di depan kelas. Siswa masih tergantung pada guru atau teman. Selama ini, siswa lebih banyak menerima informasi daripada mencari dan menemukan pengetahuan sendiri. Akhirnya, siswa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Rendahnya sikap percaya diri menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Siswa banyak yang tidak mau tampil di depan kelas dengan kesadaran diri sehingga kegiatan diskusi tidak berjalan efektif.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan sikap percaya diri adalah dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning. Menurut Direktorat Pembinaan SMK (2017:4-5) dalam materi Analisis Penerapan Model Pembelajaran mengatakan guna memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi, baik individual maupun kelompok, maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.

Inquiry Learning adalah “Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat” (Joice & Wells, 2003). Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental. Pembelajaran dilakukan dengan sintak/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:

1.     Orientasi masalah;

2.     Pengumpulan data dan verifikasi;

3.     Pengumpulan data melalui eksperimen;

4.     Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan

5.     Analisis proses inkuiri.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Partisipan. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa penyusunan laporan. Karena sejak perencanan panelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya.

Model penelitian ini menggunakan desain penelitian model Kemmis & Mc. Taggart. Desain penelitian Kemmis & Mc. Taggart dilakukan dalam beberapa siklus. Tujuan menggunakan desain penelitian model ini, apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan metode observasi dan metde tes. Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang akan diteliti dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi. Metode observasi digunakan untuk mengamati sikap percaya diri siswa. Teknik pengambilan data untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dilakukan dengan memberikan metode tes. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi sistem rem dan sistem suspensi. Tes yang digunakan berupa post test yang diberikan kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap percaya diri siswa meningkat melalui Model Pembelajaran Inquiry Learning. Siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69%–80% meningkat dari 57,6% menjadi 75,8%. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara guru menerapkan 6 langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu orientasi, bertanya, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, dan menarik kesimpulan dan 9 peran yaitu guru sebagai narasumber, penyuluh kelompok, motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manajer, dan rewarder. Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dilihat dari nilai rata-rata Siklus I adalah 60,92 dan pada hasil nilai rata-rata Siklus II meningkat menjadi 76,36. Siswa yang memenuhi nilai KKM meningkat dari  21,21% menjadi 75,76%.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Learning di SMK Negeri Kebasen dapat disimpulkan bahwa:

1.   Setelah dilaksanakan penerapan Model Pembelajaran Inquiry umumnya peserta didik dapat berperan aktif dan percaya diri dalam proses pembelajaran.

2.   Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran teori dengan Model Pembelajaran Inquiry Learning.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam