Manusia Indonesia Bagi Saya

PENDAHULUAN

Kebhinekatunggalikaan menjadi kekuatan bangsa Indonesia memaknai keberagaman sosio-kultural dan nilai-nilai luhur yang ada pada setiap daerah. Akar-akar budaya merajut keberagaman untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Setidaknya ada tiga hal hakiki yang layak ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yakni nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas.

1.     Manusia Indonesia Lahir, Hidup dan Berkembang dalam Kebhinekatunggalikaan

Keragaman (kebhinekaan) merupakan pengalaman manusia di dunia ini terutama di era global ini. Bagi orang-orang Indonesia, keragaman atau kebhinekaan merupakan salah satu struktur hakiki atau karakter keindonesiaannya yang amat khas. Keragamaan (kebhinekaan) merupakan pengalaman yang secara hakiki membentuk identitas keindonesiaan sejak Indonesia belum diakui sebagai sebuah negara. Bagi masyarakat Indonesia, keragaman merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Pertama, keragaman Indonesia merupakan anugerah alamiah (tanpa dirancang) yang sudah ada sejak sebelum terbentuknya negara Indonesia. Kedua, masyarakat Indonesia beragam dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, bahasa, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan simbolik. Dengan kata lain, keragaman merupakan nilai kemanusiaan Indonesia yang menjadi identitas bangsa dan budaya Indonesia.

2.     Manusia Indonesia sebagai Manusia Pancasila

Menilik sejarahnya, keberadaan manusia Indonesia sebagai bangsa yang akan merdeka membutuhkan fondasi filosofis sebegai penegas identitasnya. Fondasi filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa. Tujuan perumusan Pancasila adalah untuk menemukan perekat dan penyatuan hidup berbangsa bagi segala suku dan bangsa di nusantara ini. Dengan menggali nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan nusantara, para pendahulu kita menjadikan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dan sekaligus manusia Indonesia.

Segala kekayaan melingkupi masyarakat Indonesia yang berbhineka dikristalisasi dalam Pancasila. Karenanya, Pancasila berisi “djiwa bangsa Indonesia”. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi oleh orang-orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai gotong-royong. Hal ini juga ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara, menghargai dan memberi ruang kepada setiap warga dan bangsa untuk memberikan sumbangan bagi kebersamaan dalam membangun dunia merupakan wujud penghayatan nilai-nilai Pancasila.

3.     Manusia Indonesia sebagai Manusia Religius

Salah satu karakter khas masyarakat Asia adalah kedalaman dan kekayaan religiositas yang memberi pengaruh besar pada praksis kehidupan. Dalam bidang politik, religiositas memberi pengaruh besar pada model dan praksis kepemimpinan. Agama-agama besar di Asia mengajarkan tentang hidup sebagai berziarah. Kesadaran manusia sebagai peziarah secara simbolik diekspresikan dalam berbagai tarian tradisional dan upacara adat. Dapat dikatakan bahwa banyak agama asli dan agama besar di Asia menempatkan ziarah sebagai salah satu spiritualitas yang penting.

PEMBAHASAN

Banyak  cara  agar  dapat  menguatkan  nilai-nilai  dari  Pancasila.  Menurut  Kaelan (2014:137-138) Pancasila dapat diaktualisasikan pada kehidupan setiap masyarakat secara konkret,  misalnya  pada  suatu  praktik  realisasi  musyawarah  yang  bertujuan  agar  dapat mencapai  mufakat,  sikap  toleransi,  sikap  tenggang  rasa, dan  realisasi  kemanusiaan  seperti membantu  warga  yang  sedang  kesulitan.  Hal  tersebut  dapat  menguat  nilai-nilai  Pancasila dan  tidak  terlepas  oleh  partisipasi  seorang  siswa  dalam  bagian  dari  warga  negara.

Dalam hal ini, siswa akan dikembangkan menjadi suatu individu yang dapat menjadi seseorang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan   oleh Kus (2015:191) mengatakan, bahwa masa itu adalah masa yang penting dalam  mengembangkan  suatu individu sebagaimana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sekolah  sebagai  salah  satu  basis  utama  dari  pendidikan  merupakan  kaderisasi  dari para  generasi  penerus  bangsa  yang  belajar  dan  menuntut  ilmu,  yang  kelak  memimpin peradaban bangsa yang akan membangun peradaban yang akan datang dan akan menjadi suatu tonggak utama dari suatu pembangunan sumber daya manusia yang ada di Indonesia, dan  memiliki  sumberdaya  manusia  yang  berkualitas.  Hal  tersebut  dapat  tercapai  dengan melakukan  suatu  penguatan  nilai-nilai  Pancasila  dan  kebangsaan  agar  ideologi  dari Indonesia  dapat  dijadikan  landasan  utama  untuk  membangun  peradaban  yang  akan datang di masa depan.

Tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan

Penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan diwujudkan di sekolah dalam bentuk pengamalan dan penguatan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, maupun ekstrakurikuler.

Gambar 1. Gambaran penerapan profil pelajar Pancasila di satuan pendidikan

Penguatan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik sekolah dasar dapat dimulai dengan hal-hal yang sederhana dan dapat dilakukan secara berkala, diantaranya:

1.     Kegiatan Intrakurikuler

Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran, namun memasukkan unsur nilai Pancasila di dalamnya. Guru harus mampu memberikan informasi tentang manfaat, dampak, dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan dengan bijak. Ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan nilai-nilai Pancasila, seharusnya juga dapat menumbuhkan kepedulian pada lingkungan.

2.     Budaya Sekolah

Kegiatan sekolah seperti kerja bakti, melakukan ibadah bersama misalnya shalat berjamaah, bersalaman, serta pembiasaan-pembiasaan baik dapat diterapkan untuk menumbuhkan nilai Pancasila yang baik bagi siswa. Selain itu, strategi lain seperti menggelar kegiatan upacara bendera hari Senin, apel, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional, dan berdoa bersama yang dilanjutkan dengan membaca kitab suci dan/atau buku-buku non-pelajaran selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah.

3.     Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni budaya dan keterampilan lainnya menumbuhkan karakter, kreativitas, dan kemandirian bagi siswa. Siswa tentunya dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat masing-masing, sehingga terasa lebih menyenangkan. 

Penguatan   nilai-nilai   Pancasila   dapat   dikatakan   gagal   apabila   setiap proses penanaman  nilai  tersebut  hanya  diijadikan  sebagai  rutinitas  harian  tanpa adanya  suatu makna dan penghayatan, dan hanya dijadikan sebagai suatu formalitas tanpa adanya wujud konkrit yang bernilai untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut secara utuh.

Bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia?

Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia dilaksanakan dengan pengamalan dan penguatan profil pelajar Pancasila. Hal ini selaras dengan visi pendidikan Indonesia, yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila memiliki enam kompetensi yang dirumuskan sebagai dimensi kunci. Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan sehingga upaya mewujudkan profil pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan berkembangnya keenam dimensi tersebut secara bersamaan, tidak parsial. Keenam dimensi tersebut adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Berkebinekaan global, 3) Bergotong royong, 4) Mandiri, 5) Bernalar kritis, dan 6) Kreatif.

Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia. Sebagaimana disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara “... perlulah anak anak [Taman Siswa] kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”

Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan projek ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, antiradikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Projek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya.

Penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah penting untuk diterapkan karena Pancasila memuat nilai-nilai yang perlu dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui pendidikan. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk membentuk kemampuan berperilaku: 1) mampu mengambil sikap yang bertanggungjawab sesuai dengan hati nuraninya demi kemajuan bangsa, 2) mampu mengenali masalah hidup bersama dan menemukan cara-cara pemecahannya, 3) mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, 4) mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia (Kaelan, 2016).

Melalui pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila diharapkan generasi muda bangsa Indonesia mampu menguatkan identitas manusia Indonesia dan mengembangkan life skill untuk kemajuan bangsa yang memiliki rasa tanggung jawab, pemecahan masalah, dapat menganalisis terhadap masalah-masalah. Dengan kata lain, pendidikan dalam bingkai nilai-nilai filsafat Pancasila membentuk karakter dan keterampilan pribadi yang unggul, karakter akademis yang rasional dan kolaboratif, karakter religius yang menyatukan keragaman, karakter sosial yang empatik dan bersaudara (Sulianti, 2018).

KESIMPULAN

Profil pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang mempunyai kompetensi global dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Penguatan profil pelajar Pancasila merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjawab satu pertanyaan besar tentang pelajar dengan profil atau kompetensi seperti apa yang akan dihasilkan oleh sistem pendidikan kita. Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah melalui profil pelajar Pancasila mampu menguatkan identitas manusia Indonesia sebagai manusia yang berkebhinekaan, manusia Pancasila, dan manusia yang religius.

REFERENSI

Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Maharani, Levina Amelia dkk. 2021. Menumbuhkuatkan Pengetahuan Mengenai Nilai-Nilai Pancasila di Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021 (hal 9387-9389).

Pengelola Web Direktorat SMP. 2021. Menerapkan Pendidikan Karakter Pancasila dalam Lingkungan Sekolah. Diambil dari bahan paparan materi “Strategi Pembentukan Karakter Pelajar Pancasila” yang disampaikan dalam Kegiatan Fasilitasi Pembinaan SPK (26 April 2021). https://ditsmp.kemdikbud.go.id/menerapkan-pendidikan-karakter-pancasila-dalam-lingkungan-sekolah/ (diakses Minggu, 20 November 2022)

Rafael, Simon Petrus. 2022. Filosofi Pendidikan Nasional Mata Kuliah Inti Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Tahun 2022 Cetakan 1. Jakarta: Direktorat Pendidikan Profesi Guru Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Sufyadi, Susanti dkk. 2021. Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA). Jakarta: Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaram Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Sulianti, Ani. 2018. “Revitalisasi Pendidikan Pancasila dalam Pembentukan Life Skill”. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 6 (2): 111-117. https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/Citizenship.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia Indonesia dari Perspektif yang Beragam